Jumat, 15 Agustus 2014

Print Digital atau Offset

Belakangan ini perkembangan print digital sudah sangat pesat, dan kualitasnya sudah bisa menyaingi proses cetak offset.
A.      Print Digital, hasilnya cepat dan tidak memerlukan proses yang rumit/panjang. Hasilnya bagus.
B.      Offset Printing, metode pencetakan model lama, yang memerlukan prosedur yang panjang. Hasilnya lebih baik dari print digital.

Pendek kata, kalau kita memerlukan hasil yang baik dan cepat dalam jumlah kecil (kisaran 100 lbr kebawah), solusinya print digital. 

Ukuran Bahan

Kalau beberapa tahun belakangan ini, ukuran bahan yang dapat ditangani oleh print digitak hanya sebatas A3+. Jadi, kalau mau ukuran yang lebih besar solusinya Offset.  Saat ini mesin print digital sudah bisa menghasilkan ukuran A0, jadi kalau kita akan membuat contoh cetakan yang besar, tidak akan mengalami kesulitan. 

Ongkos?

Beberapa tahu yang lalu, kalau mau print selember dengan ukuran A3+ dihargai Rp. 35.000,- (tiga puluh lima ribu rupiah!), sekarang dihargai kurang dari Rp. 3.000,- (tiga ribu rupiah!), bahkan kalau transaksi dalam jumlah yang besar, harga nego! 

Waktu Yang Dibutuhkan?


Beberapa lembar (bahkan ratusan) print digital dapat dihasilkan dalam beberapa menit,  SANGAT EKONOMIS. Sementara offset memerlukan proses yang panjang.

Sabtu, 09 Agustus 2014

Berbagai Jenis Kertas serta Ukuran

Banyak dari kita yang tidak mengetahui ukuran dan jenis kertas yang kita pakai sehari-hari, EGP!

Padahal kita tidak bisa lepas dari kertas setiap hari, terutama bagi kita yang bekerja di kantoran, yang seharian selalu menggunakan kertas berjenis HVS. Juga bagi pelajar/mahasiswa dengan buku-buku yang dimiliki mereka.

Baiklah mari kita melihat beberapa jenis kertas beserta dengan ukurannya. Ada kertas yang sering dipergunakan di perkantoran untuk urusan administrasi, dan juga buku yang pernah kita pakai kalau kita pernah sekolah. Bahkan di pasar ada banyak kemasan yang terbuat dari kertas (bekas).

A. Jenis Kertas
HVS : Adalah jenis yang paling sering kita jumpai dalam urusan perkantoran dan warnanya putih. Biasanya dalam bentuk Kop surat, form-form isian, catatan-catatan juga dalam bentuk buku cataran/tulis.
Art Paper: Adalah jenis kertas yang sering digunakan untuk promosi, brosur-brosur, leaflet dan sebagainya. Bentuk permukaannya mengkilap dan licin.
Matte Paper: Hampir sama dengan Art paper, hanya permukaannya lebih redup.
Fancy Paper: Bahan kertas yang dipergunakan untuk undangan-undangan dan beberapa jenis cetakan kreatif lainnya. Contoh : Hammer, Linen, Concord/Conqueror, Bluish White (BW), Jasmine dan masih banyak lagi.
Kertas Samson: Biasanya dipergunakan untuk mengemas barang cetakan atau juga dipergunakan untuk bahan amplop yang besar, warnanya coklat.
Book Paper: Warnanya coklah muda dan permukaannya agak kasar, bobornya ringan. Sesuai dengan namanya.
Karton Manila : Bahan yang sering dipergunakan untuk keperluan pendidikan, dan tersedia dalam macam-macam warna.
Recycled paper: Bahan yang cepat didaur ulang. Dengan menggunakan kertas ini, kita berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan.

B. Ukuran Kertas
Banyak dari kita yang salah kaprah, sering mengatakan (kalau ditanya), ukuran kertas yang mana? Suka dijawab : HVS. Itu bisa dimaklumi karena ukuran yang sering ditemukan keseharian seperti itu, entah di bagian fotokopi atau ditempat untuk print. Padahal ada banyak sekali ukuran kertas yang disesuaikan dengan kebutuhan, seperti berikut:
A4 : Ukuran kertas dengan panjang 297 mm dan lebar 210 mm. Ukuran ini paling banyak ditemukan dalam bentuk Kop surat dan dokumen-dokumen keseharian di kantor. Brosurpun banyak menggunakan ukuran ini. Dari ukuran A4 ini kemudian didapat ukuran-ukuran standar lainnya, seperti A6, A5, A3, A2, A1 dan A0. Ukuran A6 (105x148mm), A5 (148x210 mm), A3 (297x420 mm), A2 (420x594 mm), A1 (594x841 mm), A0 (841x1189 mm).
Letter/Kwarto : Ukuran dengan dimensi 215.9 mm x 279.4 mm, sering digunakan untuk kop surat.
Folio : Dimensi 215 x 330 mm atau juga bisa disebut F4, sebenarnya F4 dimensinya 210 x 330mm, selisih 5mm di bagian lebarnya. Orang Indonesia sering menggunakan ukuran ini untuk berbagai keperluan seprti kop surat dan beberapa form isian.
Legal : 215.9 x 355.6mm, sering diplesetkan sebagai folio, atau folio disebut legal, padahal selisih antar legal dan folio adalah 25.5mm, lebih panjang legal.

Semua jenis ukuran di atas bisa dilihat dalam program Corel Draw, kecuali Folio. Dalam program ini kita masih bisa melihat berbagai jenis ukuran kertas yang standar digunakan diberbagai media cetak saat secara internasional.


Tentu saja kita  masih bisa menggunakan ukuran kertas yang tidak tercantum di atas sesuai dengan kebutuhan kita nanti. Karena semua ukuran tersebut di atas didapat dari ukuran kertas yang lebih besar lagi, yaitu ukuran plano. Ukuran plano yang ada sekanrang ini, seperti : 650 x 900mm, 650 x 1000 mm, 790 x 1090 mm, 610 x 860mm, 700 x 1080mm dan lain-lain, yang dapat kita potong sesuai dengan kebutuhan

Selasa, 17 April 2012

Anak Gunung Punya Cerita: Install Windows 7 dari HDD External

Anak Gunung Punya Cerita: Install Windows 7 dari HDD External: Saya lebih senang menginstal Windows 7 menggunakan Flash Disk (FD) dari pada menggunakan kepingan DVD. Alasannya, kepingan DVD dan ...

Install Windows 7 dari HDD External


Saya lebih senang menginstal Windows 7 menggunakan Flash Disk (FD) dari pada menggunakan kepingan DVD. Alasannya, kepingan DVD dan DVD drive sering bermasalah, entah kepingannya yang banyak goresan sehingga sulit terbaca oleh DVD drive, ataupun DVD drive yang tidak baik dalam hal membaca kepingan DVD instalasi windows. Selain itu, read akses ke FD jauh lebih cepat daripada DVD. Tulisan cara menyiapkan media FD untuk instalasi Win7 ada di file Membuat Instalasi Win7 dengan DiskPart. Syarat terakhir dari penggunaan FD untuk instalasi Windows 7 adalah dukungan dari Mobo itu sendiri. Mobo keluaran akhir-akhir ini pasti punya dukungan terhadap boot dari media FD, sementara Mobo keluatan 5 tahun kebelakang belum tentu punya dukungan boot dari media FD.

Nah ini dia, yang saya jelaskan di sini.

Saya sering menjumpai dan memiliki file image (biasanya dalam format ISO) dari instalasi Windows 7 dengan bermacam-macam ukuran. Kalau ukuran standar image windows 7 tidak akan lebih dari 4GB, yang 32bit tidak lebih dari 3GB sementara 64bit sekitar 3GB, semua itu muat di FD dengan kapasitas 4GB. Tapi saya memiliki beberapa image win7 dengan kisaran 4-5GB. Jelas dibutuhkan FD dengan kapasitas 8GB! Terakhir kali saya mendapatkan image win7 dengan ukuran 7.47GB kalau dilihat propertinya. Kalau dilihat dari windows explorer 7.839.104 kb. Saya punya FD dengan kapasitas 8GB, tetapi ketika saya mau pindahkan extract image win7 tersebut, ternyata masih kurang beberapa puluh MB. Wah, ini harus pakai FD dengan kapasitas 16GB.

Daripada harus membeli FD 16GB, saya berpikir bagaimana kalau menggunakan HDD external yang saya miliki. Dengan pikiran tersebut saya mencoba menyiapkannya.
Pertama :
Saya partisi HDD External (HDDEx) tersebut untuk penampungan file instalasi Win7, saya hanya menyiapkan 10GB saja, sedangkan sisanya untuk keperluan data lainnya, nanti. Yang saya pakai adalah Seagate 320GB.
Kedua :
Setalah saya partisi, saya jalankan DiskPart untuk menyiapkan HDDEx tersebut layaknya FD. Saya merasakan frustasi ketika sampai pada saat format. Dari sekitar pukul 20.30 - 23.00 WIB persentase baru 32%, sampai jam berapa ini selesai! Sementara itu ketika saya lihat dibagian Disk Management, partisi yang persiapkan di langkah 1 hilang semuanya, percuma. Saya batalkan semuanya, capeklah nunggunya.

Dengan kegagalan tersebut saya berpikir bagaimana caranya ya, agar HDDEx dapat digunakan untuk instalasi Win7. Masak sih tidak bisa! Ketika menyiapkan FD untuk instalasi Win7, FD tersebut kita format sebagai USB-HDD. Itupun dilakukan dengan program lain seperti WintoFlash. FD dijadikan USB HDD. 

Saya coba lagi.
Aktifkan Disk management (Start->Control Panel->System and Security->Adminitrative Tool … cari bagian Create and format harddisk partitions … dan klik.
Piilih HDD external, kemudian klik kanan dan pilih Delete Volume ... akan ada peringatan ... klik OK saja.

Klik kanan lagi, dan pilih New Simple Volume, klik Next ...
Tentukan ukuran partisi yang akan dibuat, misal 10GB dengan mengisikan ukuran 10000 pada kotak Simple volume size in MB dan klik Next ... Next lagi ..

Pada format partition hilangkan tanda centang pada Perform a quick format ... klik Next ...

Selanjutnya akan kembali ke Disk Management sambil menunggu proses format. Waktu yang diperlukan untuk format, jauh lebih cepat daripada langkah diatas.

Setelah selesai format, klik kanan dan pilih, Mark Partition as active ... keluar dari Disk Management dan lakukan langkah selanjutnya.

Sekarang waktunya untuk memindahkan isi image Win7 tersebut ke dalam partisi yang telah dipersiapkan.

Extract atau buka dengan program UltraISO, MagicISO, WinRAR atau diemulasi menggunakan Daemon Tools (saya menggunakan MagicISO). Copykan semua file dalam image Win7 tersebut ke partisi yang kita siapkan.

Setelah selesai copy saya lanjutkan langkah terakhir seperti menggunakan Disk Part, ke Command prompt (CMD terminal). 

1.   Ketikkan “cd H:\BOOT”, h diumpamakan nomor drive HDDEx  installer Windows 7. Dapat dilihat melalui Windows Explorer.

2.   Ketikkan “BOOTSECT.EXE /NT60 H:”, perintah ini akan membuat HDDEx  yang kita buat menjadi “Bootable”.

3.   Keluar dari mode DOS dengan mengetikan “EXIT”.

Sekarang waktunya untuk test. Saya menggunakan Mobo dari Gigabyte, sehingga saya tidak perlu lagi masuk ke BIOS untuk mengatur boot priority-nya. 

Ketika proses startup komputer, saya  hanya perlu menekan tombol Fungsi F12 yang akan membawa ke menu boot section. Gunakan panah navigasi untuk memilih USB-HDD dan tekan Enter. Selanjutnya kita akan dibawa kemenu instalasi Window 7.

Kalau kita menggunakan Mobo Asus, kita menggunakan tombol Fungsi F8, selanjutnya akan ditampilkan layar untuk memilih nama device sesuai dengan merek dan type. Lebih explisit dari mobo Gigabyte.

Catatan: Kalau Mobo kita punya fasilitas seperti penekanan tombol fungsi untuk masuk ke menu boot section, lebih baik lalukan seperti itu. Soalnya ada pengalaman yang menjengkelkan ketika saya menggunakan boot priority dalam BIOS. Setelah proses awal instal Win7 selesai, komputer akan melakukan restart untuk finishing instalasi. Waktu itu saya tiak mengawasi komputer, yang terjadi adalah kita akan dibawa masuk lagi ke proses awal instal Win7. Kalau kita menggunakan CD/DVD, kita akan diberi tahu untuk menekan sembarang tombol kalau masih menggunakan media CD/DVD untuk boot. Kalau dibiarkan maka komputer akan boot dari HDD. Tapi ketika menggunakan FD, tidak ada peringatan tersebut, jadi kita harus cepat-cepat mencabut FD dari port-nya ketika komputer mulai start. Kemudian kita juga diwajibkan untuk mengembalikan settingan BIOS ke HDD sebagai priority boot pertama.

Saya berhasil menginstall Win7 Ultimate 64bit dengan menggunakan HDDEx yang saya buat diatas. Saya menggunanakan Windows 7 Ultimate 64bit SP1.

Bagaiaman dengan sisa kapasitas yang ada di HDDEx tersebut?

Tentu saja sisa kapasitas yang besar tersebut dapat saya gunakan untuk menampung data cukup banyak. 

Karena belum diformat, maka masuk lagi ke Disk Management untuk mempersiapkan kapasitas sisa tersebut seperti layaknya kalau kita meyiapkan partisi HDD.

Sekarang kalau saya diminta untuk menginstal Windows 7, saya cukup membawa satu perangkat. Di dalamnya saya telah persiapkan bermacam-macam driver yang diperlukan untuk instalasi yang baru. Sampai sekarang ini saya tidak kesulitan untuk menyiapkan driver beberapa mainboard dan graphic card.

Selamat mencoba

Selasa, 20 Maret 2012

Mengembalikan StartUp Windows 7


Saya mengalami hal yang hampir membuat saya frustasi. Masa saya harus menginstall ulang windows 7 beserta aplikasinya. Tetapi saya masih ragu-ragu untuk mengerjakannya. Kalau hanya aplikasi, gak jadi “masalah besar” paling capek aja. Yang membuat saya pusing adalah “save game” . Kalau mau main, selain install ulang, berarti mulai dari awal lagi.

Masalahnya begini: System saya setel menjadi dual boot. Boot pertama adalah Windows XP dan boot selanjutnya Windows 7. Masing-masing di partisi yang berbeda, dan Windows XP ada di paritisi C. Saya beberapa kali menginstall ulang Windows 7, tapi tidak pernah bermasalah dengan StartUp-nya. Beberapa hari yang lalu saya menginstall ulang XP. Delete dan format ulang partisi C, kemudian saya install ulang driver dan aplikasinya. Masalahnya sekarang adalah saya tidak bisa login ke Windows 7. StartUp menunya hilang. Waduh ….

Saya berpikir bagaimana caranya ya. Pertama akan saya tanyakan forum di internet atau mencari solusi dari internet. Sebelum saya lakukan itu, saya akan coba yang ini : saya menggunakan installer Windows 7 yang saya miliki. Semoga ini bisa berguna bagi  mereka yang mengalami hal yang sama dengan saya. Saya membuat installasi windows seven dalam sebuah flash disk. Bagi yang menggunakan DVD installer bisa menggunakan DVD installer windows 7.
Setelah saya putuskan apa yang akan saya lakukan, maka saya mencobanya.
Hal pertama yang kita lakukan pada saat menghidupkan komputer adalah masuk ke BIOS, dan pergi ke bagian boot. Kemudian ubahlah Boot priority-nya menjadi yang pertama adalah CD/DVD. Saya tidak mengedit Boot Priority di BIOS, karena MB saya Gigabyte M68MT-D3 memberikan kesempatan untuk menekan tombol fungsi  F12 yang membawa ke pilihan boot. Setelah tekan F12 akan tampil pilihan untuk melakukan pilihan boot melalui tombol navigasi panah di keypad. Saya juga punya punya pengalaman degan MB Asus dimana tombol fungsi F8 akan membawa ke pilihan boot, sedangkan MB yang lainnya saya tidak tahu. Saya MB keluaran sekarang menyediakan pilihan ke sana. Saya juga pernah menginstall di laptop Sony VAIO dan Toshiba Satelite, kesemuanya menyediakan pilihan tombol untuk menampilkan boot device tanpa harus masuk terlalu dalam ke BIOS.

Setelah saya menekan F12, akan muncul pilihan boot device, saya pilih USB-HDD (yang installasinya dari DVD, pilih DVD-ROM), akan muncul Starting Windows 7 tunggu sebentar sampai muncul layar :
·         Install Windows  -> Klik Next, kemudian layar berganti dengan …
·         Layar selanjutnya  -> Pilih Repair Your Computer, selanjutnya …
·         Layar System Recovery Option akan meng-scan HDD ….
·         Selanjutnya akan menampilkan kotak yang di dalamnya tertera Windows (tergantung windowsnya , yang saya punya Windows 7 Professional. Klik Next.
·         Selanjutnya pada Choose a Recovery Tool, pilih Start Up Repair (berada paling atas dari pilihan).
·         Selanjutnya Tool akan mengecek StartUp Windows 7 ….
·         Selanjutnya pilih Restart … senang saya jadinya …
Apa yang saya alami selanjutnya adalah … kekecewaan … soalnya boot tetap pada Windows XP, tidak ada pilihan boot. Apa yang terjadi ya… apakah saya salah … tidak tahulah. Tapi coba lagi ah …
Kemudian saya ulangi lagi langkah-langkah diatas …. Akhirnya … bias masuk ke Windows 7 juga. Tapi ada yang tidak beres nih … Tadinya  hanya bisa masuk ke Windows Xp, sekarang bisa masuk … hanya ke Windows 7. StartUp  menu tetap tidak ada … 

Saya pernah menggunakan EasyBCD, tool kecil yang bisa mengedit StartUp menu. Akan saya coba, kebetulan tool tersebut sudah terinstall di Windows 7. Saya jalankan EasyBCD , saya cari tombol yang mengindikasikan perbaikan startup. Dan pilihan tersebut jatuh ke tombol  Add New Entry. Sayapun belum pasti dengan pengetahuan saya ini, tapi coba sajalah … dan berhasil!!!!  Setelah restart saya mendapatkan kembali dual boot saya.

Yang ingin saya tanyakan, apakah ada cara mengembalikan StartUp menu tanpa menggunakan tool pihak ketiga. Hanya mengandalkan Windowsnya sendiri  … boleh beri saya masukan ….

Thanks sudah membaca dan memberikan review.

Minggu, 23 Oktober 2011

Orang Gunung Turun Gunung

Ada orang yang tinggal di lereng gunung yang kaya raya, sangat kaya di tempatnya.

Suatu saat dia berkeinginan bepergian karena "suatu" hal. Sampailah dia di pelabuhan. Saat itu angkutan melalui laut masih favorit. Dengan heran-heran dia melihat sekeliling di berdiri terdapat banyak sekali benda-benda yang menurut dia aneh dan menakjubkan, tidak seperti di "gunung" sana yang hanya terdiri dari "pepohonan" melulu. Padahal di sana itu banyak tumbuh pohon yang menghasilkan banyak duit (waktu itu).

Setelah dia merasa puad dengan keheranannya, tiba saatnya dia masuk ke bagian pembelian karcis/tiket. Dengan lagaknya yang "kampungan" tapi keren, dia menanyakan kepada 'orang" yang dia temui dimana tempat membeli karcis. Orang tersebut tersebut menunjukkan loket pembelian karcis.

Sesampai dia (orang gunung itu) di tempat pembelian karcis, dia bengong dengan tulisan-tulisan : Kelas I, Kelas II, Kelas III dan Kelas IV (baca kelas ekonomi).

Dia bertanya ke petugas karcis : Hei, kita mo beli karcis kapal yang paling mahal. Kemudia petugas tersebut bilang, Bapak beli karcis yang Kelas I. Orang gunung tersebut marah-marah sama petugas tersebut, sangar marah. Braaaakkkkkk...... !!!! Dia menggebrak loket! Dia berkata : "Hei, biar bagini, kita di kampung sampe Kelas V SD,  masak dikasih Kelas I. Ngoni menghina ka kita ne?

Dengan kebingungan petugas loket mempersilakan dia membeli harga karcis "di kelas yang paling tinggi", Kelas IV (alias Kelas Ekonomi aka Kelas Kambing), karena tidak ada kelas yang lebih tinggi dari Kelas V SD.

(sekian dulu kalo ada waktu di sambung lagi)